Minggu, 07 April 2013



 IKLIM MERUPAKAN FAKTOR PEMBATAS UTAMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN



I. PENDAHULUAN

Perubahan  iklim dirasakan sangat berpengaruh pada seluruh bidang kegiatan pertanian. Peristiwa banjir, longsor dan kekeringan dinyatakan sebagai dampak nyata dari penyimpangan tersebut dan telah menjadi rutinitas tahunan yang seolah sulit dikendalikan. Ini secara tidak langsung menurunkan produksi pertanian khususnya pangan terlebih pada lahan-lahan tadah hujan (lahan kering). Kondisi tersebut lebih diperparah oleh pengetahuan tentang efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam yang rendah, yang menyebabkan penyimpangan iklim kurang mendapatkan perhatian.  Perubahan iklim nampak secara jelas pada perilaku musim penghujan dan kemarau dan organisme yang terkena dampak paling kuat oleh kondisi tersebut adalah tanaman pada proses pertumbuhan dan perkembangannya. Sebagai contoh, peningkatan suhu telah mengganggu metabolisme tanaman seperti fotosintesis, transpirasi dan laju respirasi yang merupakan penentu tingkat produksi tanaman.    
Iklim merupakan peubah utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Alasan utama yang melandasi pentingnya mempelajari pengaruh iklim  pada tanaman yaitu : 1). Pengetahuan tentang iklim  tersebut akan membantu pemulia tanaman untuk memilih kultivar yang cocok terhadap kondisi tempat tumbuh tanaman; 2). dasar tersebut akan membantu ahli agronomi dan fisiologi untuk menghitung efek iklim pada pertumbuhan, perkembangan, dan hasil tanaman sehingga dapat memutuskan pengaruh perlakuan dalam setiap percobaannya.  Iklim adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas dan dapat mengoptimalisasi penggunaan sumberdaya dalam sistem produksi (Koesmaryono et al. 1997). Pada pertumbuhan tanaman hampir semua unsur iklim sangat mempengaruhinya, sedangkan faktor yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah suhu udara dan panjang hari  (Handoko 1994). Produk fotosintesis bruto sangat ditentukan oleh radiasi Photosintetically Active Radiation (PAR), sedangkan suhu udara dan radiasi inframerah sangat menentukan laju respirasi.
Dewasa  ini modifikasi iklim bagi  budidaya tanaman dilakukan dalam greenhouse (rumah tanaman) dan telah digunakan oleh hampir seluruh negara di dunia, khususnya pada ketinggian menengah karena hal itu dapat memungkinkan pengendalian kondisi meteorology yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Suhardiyanto (2009) mengemukakan bahwa penggunaan greenhouse dalam budidaya tanaman merupakan salah satu cara untuk memberikan lingkungan yang lebih mendekati kondisi optimum bagi pertumbuhan tanaman. 

II. PENGARUH IKLIM TERHADAP ASPEK FISIOLOGI TANAMAN

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan rangkaian proses pembelahan sel dan diferensiasi sel dalam bentuk dua fase, yaitu vegetatif dan generatif Tumbuhan tumbuh karena adanya meristem yang menghasilkan sel baru, yang kemudian membesar dan berdiferensiasi. Fase perkembangan sel melalui pembelahan dan pembesaran serta diferensiasi sel terjadi setiap saat pada akar, batang dan daun (vegetatif)  Sesudah akar, batang dan daun kemudian terbentuk bunga, buah dan biji (generatif) untuk melestarikan spesies dan melengkapi daur hidupnya (Salisbury dan Ross 1995). Pertumbuhan dan perkembangan tanaman berlangsung secara terus menerus sepanjang daur hidupnya, bergantung pada tersedianya meristem, hasil asimilasi, hormon dan substansi pertumbuhan lainnya, serta lingkungan yang mendukung. Secara agronomi pertumbuhan tanaman dapat dinyatakan sebagai fungsi genotype dan lingkungan. Meristem pucuk menghasilkan pemula daun atau pembungaan, tergantung pada fotoperiode dan kemungkinan interaksi dengan temperatur. Setelah induksi pembungaan, terjadi transisi morfologis meristem dari keadaan vegetatif ke keadaan generatif (Gardner et al. 1991).
Secara fisiologi pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah penggunaan bahan makanan untuk pembentukan protoplasma dan dinding sel. Protoplasma terbentuk dari protein, sedangkan dinding sel terbentuk dari karbohidrat. Untuk kegiatan pertumbuhan (pembelahan sel secara mitosis), pengangkutan air, karbohidrat dan protein serta zat-zat lain ke arah mesitem harus berjalan lancar melalui pembuluh xilem da floem. Akibatnya terbentuk pucuk-pucuk baru, ranting dan daun dan perpanjangan akar. pembentukan bunga maupun buah.

Bagaimanapun yang paling parah terkena dampak dari perubahan iklim ini adalah pertumbuhan dan produksi tanaman. Dengan demikian apapun bentuk kesepakatan yang dibuat yang lebih utama adalah menentukan langkah-langkah kongkrit untuk menjaga ketersediaan pangan demi mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Bagi insan yang menekuni bidang pertanian (mulai dari petani biasa hingga petani berdasi) perlu mempelajari pengaruh perubahan iklim terhadap komponen-komponen yang terlibat dalam sistem produksi tanaman dan segera dilakukan langkah penanganan yang tepat.
Periode musim hujan dan musim kemarau tidak dapat lagi diramalkan secara pasti. Beberapa kali terjadi kesalahan dalam menentukan saat tanam karena perubahan cuaca dan iklim yang mengalami penyimpangan berkepanjangan. Disamping itu suhu yang demikian tinggi membuat beberapa tanaman tidak dapat berproduksi secara optimum sehingga menurunkan hasil panen.
III. PENGARUH IKLIM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN
Iklim merupakan salah satu peubah dalam pertumbuhan dan produksi tanaman yang paling sukar dikendalikan. Oleh karena itu dalam usaha pertanian, umumnya disesuaikan dengan kondisi iklim setempat. Junghuhn mengklasifikasi daerah iklim di Pulau Jawa secara vertikal sesuai dengan kehidupan tumbuh-tumbuhan.
Pembagian daerah iklim tersebut adalah:
1.     Daerah panas/tropis
Tinggi tempat : 0 – 600 m dari permukaan laut.
Suhu : 26,3o C – 22o C.
Tanaman : padi, jagung, kopi, tembakau, tebu, karet, kelapa, coklat.
2.     Daerah sedang
Tinggi tempat : 600 m – 1500 m dari permukaan laut.
Suhu : 22o C – 17,1o C.
Tanaman : padi, tembakau, teh, kopi, coklat, kina, sayur-sayuran.
3.     Daerah sejuk
Tinggi tempat : 1500 – 2500 m dari permukaan laut.
Suhu : 17,1o C – 11,1o C.
Tanaman : kopi, teh, kina, sayur-sayuran.
4.     Daerah dingin
Tinggi tempat : lebih dari 2500 m dari permukaan laut.
Suhu : 11,1o C – 6,2o C.
Tanaman : Tidak ada tanaman budidaya.
Di Indonesia, perhatian dan kerjasama antara para ahli klimatologi dengan ahli pertanian semakin meningkat terutama dalam rangka menunjang produksi tanaman pangan.  Namun sekarang penyimpangan-penyimpangan terhadap iklim sering terjadi. Pengalaman menunjukkan bahwa secara temporer berbagai bentuk penyimpangan iklim telah sering mengancam sistem produksi pertanian.  Ancaman tersebut tidak saja menyebabkan gangguan produksi, tetapi juga menggagalkan panen dalam luasan ratusan ribu hektar. Faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman terdiri dari suhu, air, kelembaban, radiasi matahari,dan angin.
Suhu
Suhu udara merupakan faktor penting karena berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan berperan hampir pada semua proses pertumbuhan.  Setiap jenis tanaman mempunyai batas suhu minimum, optimum dan maksimum yang berbeda-beda untuk setiap tingkat pertumbuhannya.  
 Dalam kondisi suhu yang sangat tinggi, pertumbuhan terhambat bahkan terhenti tanpa menghiraukan persediaan air, dan kemungkinan keguguran daun atau buah sebelum waktunya. Bencana terhadap tanaman  biasanya berasal dari keadaan kering yang sangat panas dan angin yang mempercepat penguapan dan mengakibatkan dehidrasi jaringan tanaman. Ditinjau dari klimatologi pertanian, suhu udara di Indonesia dapat berperan sebagai kendali pada usaha pengembangan dan produksi tanaman.  
 Suhu berpengaruh terhadap fisiologi tumbuhan antara lain  bukaan stomata, laju transpirasi, laju penyerapan air dan nutrisi, fotosintesis, dan respirasi. Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan menghambat proses pertumbuhan. Fotosintesis pada tumbuhan biasanya terjadi di daun, batang, atau bagian lain tanaman. Suhu optimum (15°C hingga 30°C) merupakan suhu yang paling baik untuk pertumbuhan. Suhu minimum (± 10°C) merupakan suhu terendah di mana tumbuhan masih dapat tumbuh. Suhu maksimum (30°C hingga 38°C) merupakan suhu tertinggi dimana tumbuhan masih dapat tumbuh.   
Setelah melewati titik optimum, proses tersebut mulai dihambat: baik secara fisik maupun kimia, menurunnya aktifitas enzim (enzim terdegradasi) Peningkatan suhu disekitar iklim mikro tanaman akan menyebabkan cepat hilangnya kandungan lengas tanah Peranan suhu kaitannya dengan kehilangan lengas tanah melewati mekanisme transpirasi dan evaporasi.  Peningkatan suhu terutama suhu tanah dan iklim mikro di sekitar tajuk tanaman akan mempercepat kehilangan lengas tanah terutama pada musim kemarau. Pada musim kemarau, peningkatan suhu iklim mikro tanaman berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama pada daerah yang lengas tanahnya terbatas.
Suhu merupakan salah satu faktor iklim yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Suhu udara dipengaruhi oleh radiasi yang diterima di permukaan bumi sementara tinggi rendahnya suhu disekitar tanaman ditentukan oleh radiasi matahari, kerapatan tanaman, distribusi cahaya dalam tajuk tanaman, kandungan lengas tanah. Umumnya laju metabolisme makhluk hidup akan bertambah dengan meningkatnya suhu hingga titik optimum tertentu. Beberapa proses metabolisme tersebut antara lain bukaan stomata, laju transpirasi, laju penyerapan air dan nutrisi, fotosintesis, dan respirasi. Setelah melewati titik optimum, proses tersebut mulai dihambat: baik secara fisik maupun kimia, menurunnya aktifitas enzim (enzim terdegradasi).
Kisaran suhu untuk pertumbuhan tanaman yang normal adalah antara 15°-40°C. Dibawah atau diatas kisaran tersebut suhu akan mengganggu proses fisik maupun kimia dalam tubuh tanaman yang tidak lain adalah reaksi fisiologi. Laju pertumbuhan meningkat dengan jelas saat tahap awal pertumbuhan tanaman terpapar oleh suhu. Energi panas meningkatkan aktifitas seluruh sistem pertumbuhan dan dalam kondisi tersebut efisiensi penggunaan panas menjadi tinggi (Craufurd, 1999). Energi panas demikian dibutuhkan dalam jumlah tertentu untuk setiap jenis tanaman. Dalam kondisi ekstrim baik suhu tinggi maupun rendah mengganggu aktifitas molekul organic dalam sel sehingga reaksi kimia berjalan lambat ataupun cepat dan yang terakhir ini dapat merusak ensim dan biokatalisator lainnya.
Pengaruh peningkatan suhu dapat mengurangi atau bahkan mengurangi dampak positif yang diberikan dari meningkatnya konsentrasi CO2 di atmosfir. Peningkatan suhu disekitar iklim mikro tanaman akan menyebabkan cepat hilangnya kandungan lengas tanah (kadar air tanah) akibat evaporasi. Hal tersebut dapat berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama pada daerah yang lengas tanahnya terbatas.
Setiap tanaman memiliki suhu dasar yang merupakan suhu minimum bagi tanaman untuk bermetabolisme. Besaran suhu dasar ini akan mempengaruhi besarnya Thermal unit yang diperlukan oleh tanaman untuk melewati setiap fase perkembangannya. Hubungan antara thermal unit dengan suhu lingkungan adalah berbanding lurus sementara berbanding terbalik dengan umur tanaman. Artinya semakin tinggi suhu, maka umur tanaman akan semakin pendek yang akhirnya berdampak pada waktu penumpukan fotosintat dan pembentukan biomassa yang lebih rendah.
Dampak peningkatan suhu terhadap tanaman  adalah terjadinya peningkatan transpirasi yang menurunkan produktivitas, peningkatan konsumsi air,  percepatan pematangan buah/biji yang menurunkan  mutu hasil, dan perkembangan beberapa organisme pengganggu tanaman.  Bahkan  dirjen  IRRI  (International  Rice Researh Institute) menyatakan bahwa dengan peningkatan suhu udara rata-rata 1°C dapat menurunkan produktivitas  beras dunia sekitar  5-10 %.
Peningkatan suhu dapat menyebabkan penurunan produksi pada berbagai jenis tanaman pangan, Menurut Tang et al., (2006) dan Weerakoon et al., (2008), Pada tanaman padi, fase pembentukan malai sangat sensitif terhadap temperatur tinggi. Selama tahap ini, stress akibat panas sangat memungkinkan untuk terjadinya sterilitas floret, menurunnya kesuburan dan kehilangan hasil. Hal ini terutama disebabkan oleh menurunnya aktivitas serta perkecambahan polen, terbatasnya pertumbuhan tabung polen, rendahnya daya dehiscence polen dan penyerbukan yang tidak sempurna.   
Di samping itu suhu juga secara langsung berperan terhadap perkembangan biji seperti pengisian biji dan laju produksi bahan kering pada biji (Kobata dan Uemuki, 2004) Suhu tinggi dapat menghambat perkembangan biji pada padi (Zakaria  et al., 2002) gandum (Hawker dan Jenner, 1993).
Peningkatan suhu selama kemasakan juga dapat menyebabkan penurunan kualitas biji terutama yang diakibatkan oleh terhambatnya akumulasi cadangan makanan pada biji (Zakaria, 2005). Munculnya bagian “putih buram” yang biasanya di dapatkan pada bagian gabah yang kurang sempurna pada musim panas diperkirakan mempunyai hubungan yang erat dengan sistem transfer dan transportasi cadangan makanan selama pembentukan biji. Bagian putih buram ini adalah bagian dari kerusakan yang disebabkan oleh temperatur tinggi selama kemasakan.

Curah Hujan
              Air adalah faktor yang lebih penting dalam produksi tanaman dibandingakan dengan faktor lingkungan lainnya. Tanaman memperoleh persediaan air dari akar, itu sebabnya pemeliharaan kelembaban tanah merupakan faktor yang penting dalam pertanian. Jumlah air yang berlebih dalam tanah akan mengubah berbagai proses kimia dan biologis yang membatasi jumlah oksigen dan meningkatkan pembentukan senyawa yang berbahaya bagi akar tanaman. Curah hujan yang lebat dapat menggangu pembungaan dan penyerbukan.     Fungsi air  karena dapat melarutkan dan membawa makanan yang diperlukan bagi tumbuhan dari dalam tanah. Adanya air tergantung dari curah hujan dan curah hujan sangat tergantung dari iklim di daerah yang bersangkutan. Jenis tumbuhan di suatu wilayah sangat berpengaruh pada banyaknya curah hujan di wilayah tersebut. Tumbuhan di daerah yang kurang curah hujannya keanekaragaman tumbuhannya kurang dibandingkan dengan tumbuhan di daerah yang banyak curah hujannya.
Curah hujan memegang peranan untuk pertumbuhan dan produksi tanaman pangan. Hal ini disebabkan air sebagai pengangkut unsur hara dari tanah ke akar dan dilanjutkan ke bagian-bagian lainnya. Fotosintesis akan menurun jika 30% kandungan air dalam daun hilang, kemudian proses fotosintesis akan berhenti jika kehilangan air mencapai 60% .
Pada kondisi alami, kelebihan air kurang bermasalah jika dibandingkan dengan kekeringan. Kekeringan didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang membutuhkan air untuk transpirasi dan penguapan langsunga melalui jumlah air yang tersedia di tanah. Kekeringan dapat dibedakana menjadi tiga kelas yaitu :
  1. Kekeringan permanen yang disebabkan oleh iklim kering.
  2. Kekeringan musiman yang terjadi pada iklim dengan periode cuaca kering tahunan berbeda.
  3. Kekeringan akibat keadaan curah hujan yang berubah-ubah.
Sumber pokok dari kekeringan adalah curah hujan, meskipun faktor peningkatan kebutuhan air cenderung meningkat. Kelembaban nisbi rendah, angin kencang dan suhu yang tinggi merupaka faktor pendukung kekeringan karena faktor ini mempercepat evapotranspirasi. Tanah yang kehilangan air secara cepat oleh penguapan atau pembuangan air juga meningkatkan kekeringan. Irigasi adalah cara yang paling cocok untuk mengatasi kekeringan. Jika ada irigasi maka suhu menjadi faktor iklim yang penting dalam mengendalikan produksi tanaman pangan.
Kelembaban
Kelembaban ada kaitannya dengan laju transpirasi melalui daun karena transpirasi akan terkait dengan laju pengangkutan air dan unsur hara terlarut. Bila kondisi lembap dapat dipertahankan maka banyak air yang diserap tumbuhan dan lebih sedikit yang diuapkan. Kondisi ini mendukung aktivitas pemanjangan sel sehingga sel-sel lebih cepat mencapai ukuran maksimum dan tumbuh bertambah besar. Pada kondisi ini, faktor kehilangan air sangat kecil karena transpirasi yang kurang. Adapun untuk mengatasi kelebihan air, tumbuhan beradaptasi dengan memiliki permukaan helaian daun yang lebar. Untuk pemecahan senyawa bermolekul besar (saat respirasi) agar menghasilkan energi yang diperlukan pada proses pertumbuhan dan perkembangannya.

 Radiasi Matahari
Radiasi matahari yang ditangkap klorofil pada tanaman yang mempunyai hijau daun merupakan energi dalam proses fotosintesis. Hasil fotosintesis ini menjadi bahan utama dalam pertumbuhan dan produksi tanaman pangan. Selain meningkatkan laju fotosintesis, peningkatan cahaya matahari biasanya mempercepat proses pembungaan dan pembuahan. Sebaliknya, penurunan intensitas radiasi matahari akan memperpanjang masa pertumbuhan tanaman. Jika air cukup maka pertumbuhan dan produksi padi hampir seluruhnya ditentukan oleh suhu dan radiasi matahari..
Radiasi matahari merupakan faktor penting dalam metabolisme tanaman yang berklorofil, karena itu produksi tanaman dipengaruhi oleh tersedianya cahaya matahari, Tapi umumnya fluktuasi hasil dari tahun ke tahun tidak mempunyai korelasi dengan ketersediaan radiasi matahari, karena produksi tanaman ditentukan juga oleh faktor-faktor lainnya. Kurangnya radiasi matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan, meskipun kebutuhannya tergantung pada jenis tanaman. Kekurangan radiasi matahari pada saat pertumbuhan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi, dimana dimana batang kecambah akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan  daunnya berukurang lebih kecil, tipis, pucat.
Pengaruh radiasi matahari bukan hanya tergantung kepada fotosintesis (kuat penyinaran) saja, namun ada faktor lain yang terdapat pada cahaya, yaitu berkaitan dengan panjang gelombangnya. Penelitian yang dilakukan oleh Hendrick & Berthwick 1984, menunjukan cahaya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan adalah pada spectrum merah dengan panjang gelombang 660nm. Percobaan dengan menggunakan spectrum infra merah dengan panjang gelombang 730nm memberikan pengaruh yang berlawanan. Substansi yang merspon spectrum cahaya adalah fitakram suatu protein warna pada tumbuhan yang mengandung susunan atom khusus yang mengabsorpsi cahaya.

 Angin
Angin adalah udara yang bergerak akibat adanya perbedaan tekanan udara dengan arah aliran angin dari tempat yang memiliki tekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah atau dari daerah yang memiliki suhu / temperatur rendah ke wilayah bersuhu tinggi.
Angin memiliki hubungan yang erat dengan sinar matahari karena daerah yang terkena banyak paparan sinar mentari akan memiliki suhu yang lebih tinggi serta tekanan udara yang lebih rendah dari daerah lain di sekitarnya sehingga menyebabkan terjadinya aliran udara. Angin juga dapat disebabkan oleh pergerakan benda sehingga mendorong udara di sekitarnya untuk bergerak ke tempat lain.
Angin secara tidak langsung mempunyai efek penting pada produksi tanaman.. Energi angin merupakan perantara dalam penyebaran tepung sari pada penyerbukan alamiah, tetapi angin juda dapat menyebarkan benih rumput liar dan melakukan penyerbukan silang yang tidak diinginkan. Angin yang terlalu kencang juga akan menggangu penyerbukan oleh serangga.
Angin dapat membantu dalam menyediakan karbon dioksida yang membantu pertumbuhan tanaman, selain itu juga mempengaruhi suhu dan kelembaban tanah, namun pada saat musim kemarau di beberapa daerah di Indonesia bertiup angan fohn yang dapat merusak karena bersifat kering dan panas. Pada siang hari didaerah sekitar pantai, angin laut dapat menyebabkan masalah karena angin ini membawa butiran garam yang dapat merusak daun(Tjasyono, 2004).
Angin merupakan unsur penting bagi tanaman, karena angin dapat mengatur penguapan atau temperature, membantu penyerbukan  membawa uap air sehingga udara panas menjadi sejuk, dan membawa gas–gas yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Hal  tersebut ditinjau dari keuntungannya, tetapi dari segi kerugiannya adalah tanaman bisa terbakar karena angin, penyerbukan karena angin bijinya tidak bisa menjadi murni sehingga tanaman perlu diisolasi, dapat menyebarluaskan gulma, membawa serangga tertentu kemana mana, dan angin yang kencang dapat merebahkan tanaman. Salah satu jalan untuk mengatasi pengaruh buruk angin, ialah dengan jalan menanam pohon penahan angin yang dapat menjamin perlindungan sejauh 15 – 20 kali tinggi pohon perlindung. Misalnya tinggi pohon 10 meter, tanaman sejauh 150 – 200 meter dapat dilindungi sehingga memperlambat kecepatan angin. Angin dengan kecepatan 4-5 sampai 6-7 m /sec sudah tidak mampu untuk merobohkan tanaman. Angin mempengaruhi transpirasi dengan bergeraknya uap air disekitar tanaman, sehingga memberikan kesempatan terjadinya penguapan lebih lanjut. Situasi ini merupakan tekanan yang kuat bagi keseimbangan air, meskipun jumlah air dalam tanah cukup banyak. Pertumbuhan vertical akan terbatas sesuai dengan kemampuan mengisap dan mentransformasikan air ke atas untuk mengimbangi transpirasi yang cepat, hasilnya mungkin akan membentuk tanaman yang kerdil.

III.  PENUTUP

 Informasi iklim sangat penting untuk  diketahui agar masyarakat khususnya petani segera menentukan langkah-langkah pengelolaan dalam sistem pertanian. Hasil penelitian dibidang agrohidrologi sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi faktor iklim atau cuaca yang tidak menguntungkan dan sekaligus memberdayakan petani dalam melakukan budidaya tanaman.
Petani sebagai pelaku dalam sistem pertanian sering tidak memiliki pengetahuan untuk memanipulasi lingkungan sebagai suatu cara mengantisipasi gejala perubahan iklim. Itu tercermin pada cara budidaya yang kurang memperhatikan kondisi lahan seperti kemiringan tanah, ketersediaan sumberdaya air, pemilihan jenis tanaman dan terlebih budaya memperhitungkan atau mempertimbangkan iklim
Perubahan iklim juga  menyebabkan  terjadinya perubahan  jumlah hujan  dan  pola  hujan  yang  mengakibatkan  pergeseran  awal  musim  dan  periode  masa tanam. Penurunan  curah  hujan telah menurunkan potensi satu periode masa tanam  padi (Runtunuwu dan Syahbuddin, 2007). Dampak  perubahan  pola  hujan  diantaranya mempengaruhi waktu dan musim tanam, pola tanam, degradasi lahan, kerusakan tanaman dan produktivitas, luas areal tanam dan areal panen, serta perubahan dan kerusakan keanekaragaman hayati. 
Penyimpangan iklim  yang dihadapi saat ini bukanlah masalah yang berdiri sendiri melainkan merupakan keterkaitan antara berbagai komponen. Perubahan tata guna lahan dari hutan menjadi lahan pertanian dan peruntukan lain membangkitkan kegiatan pembangunan yang cenderung tidak ramah lingkungan. Berbagai kegiatan pembangunan seperti penebangan hutan dengan metode tebang bakar, intensifikasi, ekstensifikasi lahan pertanian dan pembakaran bahan bakar fosil (industri) menyebabkan atmosfer ini penuh dengan polutan gas yang menghalangi pancaran energi panas permukaan bumi dalam bentuk gelombang panjang ke angkasa yang akhirnya menimbulkan efek pemanasan.
Langkah konkrit untuk memecahkan masalah pertumbuhan dan perkembangan tanaman harus dilandasi dengan pemahaman terhadap prinsip-prinsip fisiologi dan pemuliaan tanaman sehingga diperoleh jenis-jenis tanaman yang tahan terhadap stres lingkungan. Wacana pemanfaatan lahan berbasis ekologi dan ekonomi perlu dikembangkan dalam arti menciptakan bentuk kegiatan yang mempertimbangkan keanekaragaman hayati, sehingga dapat menjamin keberlanjutan tanaman sebagai pangan maupun pakan.

















DAFTAR PUSTAKA
Craufurd, P.Q., T.R. Wheeler, R.H.Ellis, R.J. Summerfield. 1999. Effect of      Temperature and     Water Deficit on Water Use Efficiency and Spesific Leaf Area in Peanut. Crop Sci. 39:136-142

Gardner FP, Pearce RB, and Mitchell RL. 1991. Physiology of Crop Plants.
Diterjemahkan oleh H.Susilo. Jakarta. Universitas Indonesia Press.

Handoko. 1994. Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya. Bogor.

Hawker, J.S., and Jenner, D.F. 1993. High temperature affects the activity of enzymes in committed pathways of starch synthesis in developing wheat endosperm. Aust. J. Plant  Physiol. 20:197-209.

Koesmaryono Y, Sugimoto H, Ito D, Sato T, and Haseba T. 1997. The influence of
different climatic conditions on the yield of soybeans cultivated under different population densities. J. Agric. Meteorol. 52(5)717-720.

Kobata, T. and Uemuki N. 2004. High tempetures during the grain-filling period do not  reduce the potential grain dry matter increase of rice. Agron. J. 96:406-414.  

Murdiyono D, Widodo,M. dan Suyanto,D. 2002.  Fire Risks in Forest Carbon Projects in Indonesia. Science in Chine Vol 45

Runtunuwu, E dan Syahbuddin, H. 2007. Perubahan Pola Curah Hujan dan
Dampaknya Terhadap Periode Masa Tanam. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian. Bogor.

Suhardiyanto, H. 2009. Teknologi Rumah Tanaman untuk lklim Tropika Basah:
Pemodelan dan Pengendalian Lingkungan. IPB Press, Bogor.

Salisbury FB, Ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. R. Lukman dan Sumaryono,  penerjemah. Bandung: Penerbit ITB. Terjemahan dari: Plant Phsiology, 4th Edition.

Soemarwoto O. 2001. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah
MadaUniversity Press.

Tang, R. S., Zheng, J. C. and Zhang, D. D. 2006. The effects of high temperatures on pollen vitality and seed setting of different rice varieties. Jiangsu J. Agric. Sci. 22:369-373.

Tjasyono.B, 2004.  Klimatologi.  Penerbit ITB Bandung

Weerakoon, W. M. W., Maruyama, A. and Ohba, K. 2008. Impact of humidity on        temperature induced grain sterility in rice (Oryza sativa L). J. Agron. and Crop Sci. 194:135-140.



Zakaria, S., Matsuda, T. and Nitta, Y. 2002. Effect of high temperature at ripening stage on the reserve accumulation in seed in some rice cultivars. Plant Prod. Science. 4:160-168.

Zakaria, S. 2005. Effect of temperature in ripening stage on the appearance of nucellar epidermis and reserves accumulation in endosperm of rice  (Oryza  sativa L.). Jurnal Agrista.